Sejarah dan Teori Perencanaan Bahasa
oleh Jiri Nekvapil
Pengantar
Saat menggunakan bahasa, ada orang yang kurang peduli dengan
ungkapan atau bahasa yang digunakan dan ada yang sangat detail mempertimbangkan
setiap aspek ungkapan atau kalimat yang disampaikan. Pertimbangan bahasa
tersebut antara lain sensitivitas bahasa terhadap ungkapan, pengubahannya dan
pada beberapa kesempatan menindaklanjuti pemikiran tersebut. Hal-hal
tersebutlah yang membawa perubahan pada perencanaan bahasa dan kegiatan sastra.
Kaplan dan baldauf (1997, p.3) menyatakan bahwa satu atau lebih komunitas bisa
memanipulasi bahasa melalui perencanaan bahasa sebagai ide utama, perundangan
dan peraturan (kebijakan bahasa), perubahan aturan, kepercayaan, dan praktik.
Perencanaan bahasa mendapatkan tanggapan negatif di tahun 1960an. Sikap negatif terhadap perencanaan bahasa yang muncul pada saat itu jelas sarat dengan kepentingan politik secara praktis karena dipandang sebagai kajian interdisipliner yang bertentangan dengan konsep-konsep linguistik dan pondasi ideologis strukturalis. Hall (1950) menyatakan bahwa perubahan bahasa harus dianggap sebagai suatu kejadian alamiah, bukan rekayasa yang dipengaruhi atau dibentuk oleh interferensi dengan slogan leave your language alone. Tanggapan positif terhadap perencanaan bahasa muncul saat Rubin dan Jenudd (1971a) menulis buku berjudul Can Language Be Planned? dan saat Fishman menulis buku berjudul Do Not Leave Your Language Alone di tahun 2006. Pada akhirnya perencanaan bahasa berkembang menjadi salah satu disiplin ilmu yang membentuk ilmu sosiolinguistik, selanjutnya berkaitan erat dengan perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya. Pembahasan pada bab ini menjabarkan perencanaan bahasa dalam konsep menajemen bahasa sebagai ilmu interdisipliner dan dalm aspek aspek linguistik yang menentang dasar teori umum bahasa (Neustupny (1978) atau Harmann (1990). Bagian berikut ini mengingatkan kembali 4 sistem sosial lainnya dalam perencaan bahasa belakangan ini yang merupakan leluhur perencanaan bahasa modern.
Contoh sejarah
Neustupny (2993, 2006) menjelaskan perencanaan bahasa
sebagai praktik sosial dalam empat tahap: Sebelum Modern, Awal Modern, Modern
dan Setelah Modern. Tahapan tersebut didasarkan pada pola-pola pada fenomena
sosial budaya sehingga membentuk konsep tipe-tipe perkembangan bahasa dan bisa
saja terjadi bersamaan.
Akademi Perancis (1634): (akhir)
Tipe Sebelum Modern
Akademi Perancis lahir setengah abad setelah Lembaga bahasa
‘Italia’. Lembaga ini diprakarsai oleh Cardinal Richelieu ketika para elit
Eropa mulai menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa keseharian yang kemudian
membentuk bahasa Latin. Richelieu ingin menguatkan persatuan bangsa melalui
penyatuan pada masa penstabilan kembali Perancis. Tujuan dari akademi Perancis
adalah pembentukan kejelasan aturan bahasa dan membuatnya menjadi murni,
berterima, dan mampu membahasakan ilmu pengetahuan dan seni (dikutip dari
Cooper, 1989, p.10) melalui penerbitan tata bahasa, kamus, petunjuk bahasa
retorik dan puisi. Praktik-praktik yang ada di Akademi Perancis menjadi
percontohan bagi lembaga serupa yang muncul di Eropa, contohnya di Swedia.
Perencanaan bahasa menjadi sebuah disiplin ilmu (perencanaan bahasa klasik)
ketika dapat membaur dengan kondisi sekitar, tapi tidak terpengaruh oleh
buruknya sistem kolonial tahun 1960an.
Pergerakan Nasional Bangsa Eropa abad 19: Perencanaan Bahasa Tipe Awal Modern
Menurut Herdian, pergerakan ini menyebabkan pembentukan
bangsa-bangsa modern (Slovakia, Ceko, Norwegia, Finlandia, dan lainnya) yang
sebelumnya ditekan oleh bangsa-bangsa kuat dalam satu kelompok heterogen yang
cenderung berorientasi pada budaya dan linguistik daripada politik dan sosial
(lihat Hroch, 1998). Contohnya adalah tulisan Ivar Aasen (183-1896) tentang
paradigma program perencanaan bahasa. Situasi latar belakang, tujuan program,
tujuan kebijakan, dan prosedur penerapan kebijakan adalah hal-hal yang harus
diperhatikan dalam analisis dan evaluasi berbagai program bahasa. Tujuan dari
program ini adalah mengganti bahasa Denmark dan menggunakan norma dialek
sebagai dasar awal bahasa Norwegia.Di Ceko, pergerakan nasional diawali oleh
sarjana Slavic Studies Josef Dobrovsky (1753-1829) yang mengkodekan norma
bahasa Ceko humanistik menjadi standar bahasa dalam sebuah tata bahasa di tahun
1809. Kedua peristiwa tersebut menjadi pokok perubahan yang berpengaruh pada
penutur dan penulis.
Perencanaan bahasa di era modern awal ditandai dengan
pemilihan jenis bahasa yang dibakukan dan kosakata yang cenderung seputar
keilmuan dan seni. Semisal pada pergerakan nasional Ceko, patriot generasi
kedua yang dipimpin oleh Josef Jungmann (1773-1847) merangkum leksikon menjadi
kamus bahasa Jerman-Ceko sebanyak 5
terbitan (1834-1839).
Perserikatan Soviet 1920an dan
1930an: Sebelum dan saat modern
Di masa itu, Perserikatan Soviet mempunyai ratusan suku/ras
dengan beragam perkembangan bahasa yang
sebagian besar hanya dalam bentuk lisan. Ajaran Leninis (politik
komunis) memberikan hak kepada suku/ras untuk menggunakan bahasa mereka di
persekolahan. Ketidakinginan untuk mengikuti huruf Cyrillic yang disebarkan
oleh bangsa Rusia pada masa itu mendorong Perserikatan Soviet untuk melakukan
perencanaan bahasa sendiri yang disebut “Pembangunan Bahasa”; pembuatan 10
huruf baru, tatanan ejaan, pembaharuan sebagian besar bahasa, istilah, buku
bacaan permulaan, dan lain-lain. Alpatov menyebutkan ada lebih dari 70 huruf
dibuat untuk bahasa perserikatan Soviet di periode ini. Para ahli bahasa
mendorong perkembangan struktur bahasa dan mengkombinasikan bahasa dengan teori
phonologi. Di sisi lain, paham Marxis menyekat perencanaan bahasa pada
penekanan sudut pandang sosial dan kritik terhadap linguistik strukturalis yang
menkerdilkan hal-hal yang mempengaruhi bahasa. Pendekatan dan kegiatan dalam
perencanaan bahasa Soviet 1920an dan pertengahan 1930an termasuk dalam
“perencaan bahasa klasik”.
Aliran Bahasa Praha dan
Cekoslovakia 1920an dan 1930an
Perencanaan bahasa ini menjadi contoh bagus dari tipe
Modern- tidak berpusat pada masalah sosial, melainkan masalah detail dan alih
bentuknya. Negara Cekoslovakia adalah pecahan dari Kekaisaran Hapsburg, terdiri
dari berbagai ras yang saling berselisih, memiliki teori Aliran Praha yang
mendasari perencaanaan bahasa untuk membentuk bahasa baku bagi sebagian besar
bangsa Ceko. Teori aliran Praha berbentuk pengolahan bahasa kemudian diakui dan
diterima pada “Perencanaan Bahasa Klasik”. Istilah-istilah yang paten pada
pendekatan ini antara lain norma, fungsi, intelektualisasi dan kemapanan yang
luwes pada bahasa baku. Pendekatan pengolahan bahasa dan kebijakan adalah dua
pendekatan dasar untuk perencanaan bahasa yang digunakan pada beberapa bahasa
minoritas di Eropa.
Perencanaan Bahasa Klasik dan
Haugen
Kesadaran untuk
menindaklanjuti permasalahan bahasa menjadi satu disiplin ilmu mulai marak di
negara-negara dunia ketiga oleh sebab bantuan dari negara-negara dunia pertama (akademi
Amerika) setelah Perang Dunia II yang menandai runtuhnya jaman kolonial sebagai
salah satu modal perkembangan dan modernitas. Kajian utama yang termasuk dalam
“Perencanaan Status” meliputi bagian sosial budaya (Nasionalisme) dan politik
(Kebangsaan) dan rancangan literasi yang terkait. Selain itu, ada perencanaan
perkembangan bahasa yang mengarah pada pembentukan bahasa itu sendiri yang
disebut “Perencanaan Korpus” bertujuan grafisasi, kebakuan dan pembaharuan
kosakata bahasa. Dari sinilah muncul disiplin yang lebih khusus sekaligus umum,
sosiolinguistik, yang dipahami sebagai induk dari disiplin ilmu perencanaan
bahasa. Haugen mencatat perencanaan bahasa menjelaskan kegiatan persiapan
ortografi/ejaan normatif, tata bahasa, dan kamus sebagai petunjuk penutur dan
penulis di dalam kelompok (logat) bahasa yang beragam. Penerapannya dalam ilmu
linguistik tidak hanya secara deskriptif, tetapi juga pilihan bentuk-bentuk
linguistik.
Perencanaan menunjukkan alur pikir memprediksi masa depan berdasarkan pengetahuan yang ada di masa lalu yang ditunjang dengan sudut pandang personal. Istilah “perencanaan” dalam bahasa membentuk cabang ilmu baru yang dikenal “perencanaan sosial” yang kemudian diperjelas pada level teoritis di ilmu sosial barat dan diterapkan dalam kebijakan dan ekonomi di beberapa negara. Haugen juga menghubungkan perkembangan perencanaan bahasa dengan “teori keputusan” waktu itu dan mengejewantahkan secara detail hal-hal penting “prosedur pengambilan keputusan” untuk perencanaan bahasa. Anasir yang terkandung adalah masalah yang akan diselesaikan, pembuat keputusan dan metode penerapan. Penyelesaian masalah-masalah bahasa pada akhirnya mempunyai andil pada kesejahteraan ekonomi negara. Perencanaan bahasa dapat dipandang dari dua sisi. Yang pertama sebagai disiplin ilmu dan yang kedua sebagai variabel pengembangan teori khusus dalam politik, sosial, dan ekonomi.
Kritik Perencanaan Bahasa Klasik
Di tahun 1980an, ada banyak kritik yang dilontarkan ke teori
perencanaan bahasa.
-
Kegagalan proses modernisasi negara-negara berkembang
melalui perencanaan bahasa dikarenakan kurangnya pengaruh perencanaan bahasa
klasik terhadap keadaan yang sebenarnya.
-
Rubin, pendukung
teori perencanaan bahasa klasik, mengkritik “model rasional” dengan mengakui
adanya berbagai “masalah jahat” dari keikutsertaan unsur-unsur yang tidak
diketahui tanpa adanya “aturan penghenti”.
-
Cooper (1989) menolak konsep perencanaan bahasa sebagai
pemecahan-masalah dan mendefinisikan perencanaan bahasa sebagai usaha sadar
untuk mempengaruhi tindakan orang lain dengan memperhatikan pemerolehan bahasa,
susunan, atau alokasi fungsional kode bahasa tersebut.
-
Jernudd (1997) memberikan catatan bahwa teori
sosiolinguistik dan penerapan di negara-negara berkembang meliputi situasi di
berbagai level pengembangan (dari negara ke perusahaan), kelompok populasi
(wanita ke pengungsi), berbagai tindak komunikasi (media, saluran media, dan
pengolahan informasi), perbedaan ideologi dan kenyataan, kondisi sosiopolitik
lokal dan global.
-
Perkembangan awal perencanaan bahasa sangat erat kaitannya
dengan teori evolusi modernisasi berdasarkan fungsionalisme struktural Parson.
Pemutarbalikkan Perubahan Bahasa
dan Kritiknya
Era awal
modernisasi bahasa ditandai dengan penyatuan bahasa-bahasa (dengan bantuan
standarisasi) dan tekanan bahasa-bahasa Eropa terhadap keragaman linguistik di
negara-negara dunia ketiga. Perencanaan bahasa klasik, satu bangsa satu bahasa,
merupakan konsep dari negara modern eropa yang dibawa ke negara-negara
berkembang. Namun demikian, perencanaan bahasa pascamodern memberikan dukungan
pada variasi bahasa dan melindungi kemajemukan yang dipengaruhi oleh pendekatan
ekologi bahasa (Language Ecology) dan hak asasi
berbahasa (Linguistic human rights). Kemudian
berkembang model perubahan bahasa memutarbalikkan (Reversing Language Shift model) yang merangkul paradikma baru yang bermunculan, yaitu
ideologi, ekologi, dan perantara. Model ini muncul sebagai reaksi atas fakta-
fakta yang terjadi di dunia globalisasi kontemporer (sementara), banyak bahasa
terancam punah, yaitu membekukan refleksi teoritis dan panduan lapangan
pnecegahannya, atau di beberapa kasus, untuk menghidupkan kembali bahasa. Level
ancaman kepunahan bahasa terbagi dalam delapan skala.
Taraf
1 : Bahasa potensial terancam masih
digunakan di bidang pendidikan, kerja, media masa, dan tingkat lebih tinggi,
bahkan tingkat negara (bagian);
Taraf
2 : Bahasa terancam digunakan di tingkat
lebih rendah (media lokal dan kantor pemerintahan);
Taraf
3 : Bahasa terancam di lingkungan kerja
lokal, dimana interaksi antar penutur bahasa minoritas dan mayoritas bahasa;
Taraf
4 : Bahasa terancam digunakan sebaga
bahasa pengajaran di sekolah, kelonggaran atau kekerapan bergantung pada
pengajaran di bahasa mayoritas;
Taraf
5 : Bahasa terancam digunakan untuk
pengajaran, tetapi tidak di pendidikan formal;
Taraf
6 : Bahasa terancam digunakan di
lingkungan keluarga sebaga alat menyerahkan antar generasi sebagai tradisi dan
sehingga diturunkan dengan cara ini;
Taraf
7 : Bahasa terancam digunakan oleh
generasi tua, yang sudah melampaui umur produktif manusia secara biologis;
Taraf
8 : Bahasa terancam digunakan
(diketahui, diingat) hanya oleh beberapa penutur lebih tua.
Model pilihan lainnya adalah “Catherine Wheel” yang
digaungkan oleh M. Strubell yang menonjolkan individu sebagai pengguna dan
titik tolaknya adalah komponen-komponen berikut secara fungsional saling
berhubungan: (1) kompetensi bahasa individu, (2) penggunaan sosial bahasa, (3)
keberadaan produk dan jasa bahasa ini dan kebutuhannya, (4) semangat untuk
belajar dan menggunakan bahasa tersebut.
Kerangka kerja Manajemen Bahasa
Teori/Kerangka/Model
Manajemen Bahasa (LMT) membatasi isi teoritis pada manajemen ungkapan
(metalinguistik), bukan pada pembentukan
ungkapan (linguistik). Manajemen bahasa terjadi pada interaksi konkrit
perorangan atau institusi dari berbagai kompleksitas dan dengan itu
memungkinkan untuk membedakan simple management (manajemen berbasis
wacana, daring) dan organized management (manajemen langsung, luring).
Contoh dari simple management adalah ketika guru menggunakan bahasa
keseharian yang tidak biasa selama pelajaran bahasa asing dan segera
menghadirkan arti sepadan. Contoh dari organized management adalah
pembaruan bahasa atau pengenalan bahasa baru ke sistem sekolah. Tahao simple
management adalah sebagai berikut.
1.
Penutur mencatat perbedaan/deviasi dari pembelajaran yang
diharapkan dari komunikasi;
2.
Penutur dapat (tapi tidak harus) menilai perbedaan (jika
negaif berarti ketidakcukupan atau masalah, jika positif berarti kecukupan);
3.
Sebagai reaksi penilaian, penutur dapat (tapi tidak harus)
membuat sebuah rancangan penyesuaian;
4.
Penutur dapat (tapi tidak harus) menerapkan rancangan
penyesuaian.
Organized management dicirikan dengan
hal-hal berikut.
1.
Tindakan manajemen bersifat trans-interaksional.
2.
Sebuah hubungan sosial atau bahkan institusi dilibatkan.
3.
Hubungan tentang manajemen terjadi.
4.
Keikutsertaan penteorian dan kepercayaan.
5.
Sebagai tamabahan pada bahasa sebagai wacana, objek dari
manajemen adalah bahasa sebagai sistem.
LMT telah digunakan,
diantara teori lainnya, pada analisis beragam aspek pemerolehan bahasa kedua
dan asing dan kompetensi interkultural secara umum. LMT juga berkembang dalam
penelitian yang berkenaan dengan pemerolehan kompetensi akademik.
Untuk memperkaya pengetahuan, berikut video diskusi dengan topik perencanaan dan kebijakan bahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar