Rabu, 22 April 2020

Ringkasan: Bab Metode dan Pendekatan Perencanaan Bahasa

Perencanaan Bahasa: Pendekatan dan Metode
oleh Nkonko M. Kamwangamalu

Pengantar

Perencanaan bahasa adalah usaha sadar, berkelanjutan, jangka panjang, dan resmi pemerintah untuk mengubah fungsi atau bentuk bahasa di dalam masyarakat  bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan bahasa. Bidang ini mengkaji bahasa sebagai sumber bermasyarakat; sehingga kebijakan dibuat sebagai dasar pelestarian, pengaturan, dan pengembangan bahasa. Perencanaan bahasa, tentang pengembangan SDM, berkenaan dengan pertanyaan siapa yang berhak untuk melakukan apa kepada siapa untuk tujuan apa denga juga mempertimbangkan hubungan siapa menerima ketentuan perencanaan apa dari siapa dan sesuai kondisi apa. Copper meringkasnya dengan istilah skema akuntansi untuk mempelajari perencanaan bahasa: (i) siapa aktornya, (ii) berupaya untuk mempengaruhi perilaku apa, (iii) orang yang mana, (iv) untuk tujuan apa, (v) sesuai kondisi apa, (vi) dengan cara apa, (vii) melalui proses pengambilan keputusan apa, (viii) dengan akibat apa.

Tollefson berpendapat bahwa solusi dari penyelesaian permasalahan bahasa yang dihadapi perorangan harus dimulai dengan sejarah sosial pemerintahan dalam taraf mikro antarperseorangan atau makro dari pembentukan bangsa. Ruang lingkup Cooper dapat diterjemahkan dalam persoalan perencanaan status yang mengatur hubungan kekuatan bahasa dan penggunanya (status planning) yang disebut juga “the linguistic market place”, atau perubahan kondisi internal bahasa pada bentuk ejaan, pengucapan, kosakata dan tata bahasa (corpus planning) , atau keduanya.

Ada dua kategori perencanaan bahasa lainnya oleh Cooper dan Haarmann yang dikenal perencanaan pemerolehan (acquisition planning) dan perencanaan wibawa (prestige planning). Perencanaan pemerolehan bertujuan untuk meningkatkan pengguna bahasa dan perencanaan wibawa menentukan keberhasilannya. Haugen menjabarkan empat pilar perencanaan bahasa: (1) pemilihan norma; (2) kodifikasi norma; (3) penerapan fungsi bahasa; dan (4) penjabaran fungsi bahasa. Pilar 1 dan 3 termasuk dalam perencanaan status, sedangkan 2 dan 4 termasuk perencanaan korpus. Keberhasilan perencanaan bahasa didasari pada kemampuan meyakinkan sikap-sikap negatif ke arah pembenaran perencanaan yang diajukan. Grin menambahkan bahwa perencanaan bahasa erat kaitannya dengan isu sosial, kebahasaan, politik, dan ekonomi.

Perencanaan Bahasa dan Teori Kritis

Tollefson menjelaskan kebijakan bahasa kritis sebagai sebuah pendekatan perencanaan bahasa yang dengannya sistem ketimpangan dibentuk dan dipertahankan melalui bahasa. Ahli bahasa bergulat di area ini bertanggungjawab tidak hanya memahami seberapa dominan sebuah kelompok sosial menggunakan bahasa untuk membentuk dan merawat strata sosial, tetapi juga menyelidiki cara-cara untuk mengubah strata tersebut.

Contohnya adalah laporan yang dibuat oleh Kamwangamalu tentang usaha mengganti bahasa penjajah dengan bahasa lokal yang gagal karena penyalahgunaan kekuasaan. Bahasa lokal secara teoritis diperlakukan sama dengan bahasa penjajah, tetapi tidak boleh digunakan dalam situasi penting. Sama halnya dengan Sibayan yang memberi catatan pada bahasa pilipino yang digunakan sebagai pengantar untuk ilmu pengetahuan dan capaian prestasi perorangan sehingga mendapatkan kesetaraan dengan bahasa Inggris.

Perencanaan Bahasa dan Teori Permainan

Teori permainan berkenaan dengan tindakan rasional dalam pengaturan sosial yang sangat riskan dengan konflik kepentingan. Konflik kepentingan setiap kelompok yang akhirnya bertemu tanpa adanya perubahan tindakan. Pada akhirnya menunjukkan keberhasilan atau kegagalan perencanaan bahasa di berbagai situasi sosial. Penelitian untuk membentuk kebijakan pada negara banyak bahasa menunjukkan bahwa masyarakat dengan bahasa ibunya adalah bahasa nasional masuk dalam formula 3 – 1, sedangkan bahasa ibunya adalah bahasa lokal masuk dalam formula 3 + 1.

Perencanaan Bahasa dan Ekonomi Bahasa

Secara tradisional, Grin mencatat bahwa wacana kebijakan bahasa mengandalkan tiga sudut pikiran: yang legal, mendasarkan hak berbahasa dalam konteks tertentu; yang budayawan, mendasarkan bahasa adalah perwujudan budaya sehingga membatasi kebijakan intimidasi korpus atau mendukung untuk pembentukan literasi atau publikasi; dan secara pendidikan, berpusat pada pengajaran bahasa. Ekonomi bahasa berpusat pada teori dan telaah ilmiah dimana bahasa dan ekonomi saling mempengaruhi. Beberapa isu tentang ekonomi bahasa antara lain:

·         Relevansi bahasa sebgai alat penjabaran proses ekonomu seperti produksi, distribusi, dan konsumsi;

·         Relevansi bahasa sebagai komoditas dalam pemerolehan alasan bagus untuk investasi;

·         Pengajaran bahasa sebagai investasi sosial, menguntungkan (pasar ataupun tidak);

·         Implikasi ekonomi (modal dan keuntungan) dari kebijakan bahasa (pasar ataupun tidak).

Grin membuat daftar isu pembelajaran dalam ekonomi bahasa: efek bahasa terhadap pendapatan, pembelajaran bahasa oleh imigran, perbaikan pola bahasa dan penyebaran di masyarakat banyak bahasa, pemilihan dan pembentukan kebijakan bahasa, promosi dan pelestarian bahasa minor, penggunaan bahasa di tempat kerja, dan keseimbangan pasar untuk layanan dan barang khusus bahasa. Bourdieu mengatakan bahwa semakin banyak modal kebahasaan maka semakin besar exploitasi yang bisa mengamankan perbedaan keuntungan. Disnilah diperlukan kehati-hatian dalam membentuk kebijakan bahasa. Kebijakan bahasa dianggap sukses apabila bisa mendongkrak ekonomi.

Bahasa sebagai komoditi ekonomi dijabarkan oleh Fishman pada aktivitas “Basquecization” di Spanyol. Promosi bahasa Basque berhasil karena memberikan dampak positif ke ekonomi dengan mengeluarkan sertifikat tingkat kompetensi berbahasa, syarat kualifikasi promosi, kenaikan gaji, masa kerja dan syarat kesuksesan di dunia kerja. Gibson Ferguson melakukan studi perbandingan bahasa Welsh dan Breton, kebangkitan bahasa Welsh dan penolakan bahasa Breton dikarenakan perbedaan faktor politik-sosial dan ekonomi.

Perencanaan Bahasa dan Teori Manajemen Bahasa

Telah dijabarkan sebelumnya bahwa perencanaan bahasa adalah bidang multi dimensi; linguistik dan sosiolinguistik, ekonomi dan politik terintegrasi dalam bahasa di masyarakat. Manajemen bahasa dipahami sebagai serangkaian aktivitas yang dibentuk untuk mencapai tujuan kebijakan bahasa. Pendekatan ini diartikan sebagai proses top-down, yaitu kebijakan apa yang paling mendunia.

Jernudd and Neustpny mengartikan manajemen bahasa sebagai bagaimana mengunakan bahasa, tetapi juga bagaimana berinteraksi dengan bahasa. Sebagai bahan penyelidikan bahasa, manajemen bahasa dilihat sebagai proses (1) penutur/penulis dan pendengar/pembaca tanpa sadar tidak hanya memeriksa penggunaan bahasa menentang norma yang mereka punya tetapi juga mencatat penyimpangan yang terjadi, (2) mengevaluasi penyimpangan dan membentuk ketidakcakapan, (3) merencanakan penyesuaian untuk memperbaiki penyimpangan yang dibutuhkan berdasarkan norma, dan (4) melengkapi proses ketika menerapkan penyesuaian yang direncanakan.

Metode Perencanaan Bahasa

Observasi Etnografi

Etnografi adalah studi yang utamanya berhubungan dan secara tradisional dengan proses antropologi dari menjelaskan dan menganalisaseluruh budaya. Ruang lingkup etnografi dikatakan holistik/menyeluruh bukan karena ukuran/jumlah unit studi, komunitas, sebuah institusional, kelas atau rumah, tetapi karena unit analisa dipertimbangkan secara analitik secara keseluruhan. Hymes menyebutkan bahwa etnografi adalah pendekatan yang menghubungkan antara bahasa dan budaya. Etnografi adalah metode untuk pengumpulan data dalam isu yang besar seperti codeswithing, sikap bahasa, atau bahasa dan identitas. Metode ini meliputi berbagai prosedur pengumpulan data, diantaranya observasi, wawancara, pemetaan dan pola diagram direkam dari catatan lapangan, analisis interaksi, studi tentang rekam sejarah dan dokumen publik, menggunakan data demografis, studi kasus, kasus sejarah, atau pola komunikasi perekaman video.

Canagarajah mencatat bahwa penelitian etnografi dapat menyajikan timbal balik dalam berbagai tingkat perencanaan bahasa – sebelum, selama, dan sesudah penerapan. Sebelum penerapan, etnografi menyediakan informasi penting pada persoalan sperti sikap kelompok target terhadap perencanaan bahasa, atau pentingnya identitas dan komunitas. Selama penerapan, etnografi menjelajahi bagaimana perbedaan fungsi agen dan institusi dalam mempromosikan kebijakan. Setelah penerapan, etnografi menguji konsekuensi perencanaan bahasa untuk komunitas target dan berbagai komunitas. Pentingnya etnografi pada perencanaan bahasa untuk mencari jawaban pada pertanyaan pilihan bahasa yang juga jantung perencanaan bahasa: siapa menggunakan apa variasi bahasa, dengan siapa, tentang apa, di keadaan apa, untuk tujuan apa?

 Survey Bahasa

Umumnya, bahasa menggunakan survey terdiri atas kuisioner yang bertujuan untuk menentukan sikap penutur terhadap bahasa yang tersedia, maupun bahasa yang peutur gunakan kapan, dimana, dengan siapa, dan untuk tujuan apa. Survey sosiolinguistik mencari jawaban seperti berikut: pada bahasa apa seseorang membaca surat kabar, mendengar berita, memanggil orang tua/ sejawat/ saudara kandung/ anak-anak/ pembantu/ pasangan, dan sebagainya. Whitley menyatakan survey kelas menunjukkan peran penting guru dalam perencanaan bahasa. Beberapa sarjana skeptis tentang kemapanan survey bahasa untuk mengukur penggunaan bahasa. Labov mengamati bahwa survey bahasa umumnya mewakili penyelidik daripada teori pembicaraan pengguna.

Analisa Geolinguistik

Geolinguistik didefinisikan sebagai cabang dari geografi manusia yang berkenaan dengan konteks ruang-sosial dari penggunaan bahasa dan pemilihan bahasa, khususnya ketika bersinggungan dengan kelompok mayoritas, untuk menghindari pengurangan dan penghilangan bahasa dari identitas dan budaya kelompok minoritas.

Pertanyaan kunci yang ahli geolinguistik cari jawabannya yang berpusat pada perencanaan bahasa, yaitu, siapa berbicara bahasa apa, dimana, kapan dan mengapa. Dengan menyelidiki pertanyaan ini, ahli geolinguistik bertujuan untuk membuka domain dimana minoritas bahasa digunakan dan tidak digunakan, dan menginformasikan kebijakan bahasa menuju pengesahan hak bahasa minoritas dan pengembangan domain untuk penggunaan eksklusif bahasa minoritas.

Dalam usaha untuk membahasa paham multikultural dan pertanyaan yang menyoroti di paragraf sebelumnya, ahli geolinguistik melihat pola pergerakan dan koneksi manusia maupun proses historis yang telah berkontribusi pada pola ini dan perubahan hal yang bersamaan di komposisi etik dan penggunaan bahasa.  Perencanaan bahasa harus dibentuk untuk membuat bahasa minoritas bersumbangsih pada  etnis minoritas sebanyak bahasa mayoritas lakukan kepada populasi pemerintah, seperti pada partisipasi politik dan akses ke ketenagakerjaan dan sumber ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar