Pengantar
Perencanaan bahasa
adalah usaha sadar, berkelanjutan, jangka panjang, dan resmi pemerintah untuk
mengubah fungsi atau bentuk bahasa di dalam masyarakat bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan
bahasa. Bidang ini mengkaji bahasa sebagai sumber bermasyarakat; sehingga
kebijakan dibuat sebagai dasar pelestarian, pengaturan, dan pengembangan
bahasa. Perencanaan bahasa, tentang pengembangan SDM, berkenaan dengan
pertanyaan siapa yang berhak untuk melakukan apa kepada siapa untuk tujuan apa
denga juga mempertimbangkan hubungan siapa menerima ketentuan perencanaan apa
dari siapa dan sesuai kondisi apa. Copper meringkasnya dengan istilah skema
akuntansi untuk mempelajari perencanaan bahasa: (i) siapa aktornya, (ii)
berupaya untuk mempengaruhi perilaku apa, (iii) orang yang mana, (iv) untuk
tujuan apa, (v) sesuai kondisi apa, (vi) dengan cara apa, (vii) melalui proses
pengambilan keputusan apa, (viii) dengan akibat apa.
Tollefson berpendapat
bahwa solusi dari penyelesaian permasalahan bahasa yang dihadapi perorangan
harus dimulai dengan sejarah sosial pemerintahan dalam taraf mikro
antarperseorangan atau makro dari pembentukan bangsa. Ruang lingkup Cooper
dapat diterjemahkan dalam persoalan perencanaan status yang mengatur hubungan
kekuatan bahasa dan penggunanya (status planning) yang disebut juga “the
linguistic market place”, atau perubahan kondisi internal bahasa pada
bentuk ejaan, pengucapan, kosakata dan tata bahasa (corpus planning) ,
atau keduanya.
Ada dua kategori
perencanaan bahasa lainnya oleh Cooper dan Haarmann yang dikenal perencanaan
pemerolehan (acquisition planning) dan perencanaan wibawa (prestige
planning). Perencanaan pemerolehan bertujuan untuk meningkatkan pengguna
bahasa dan perencanaan wibawa menentukan keberhasilannya. Haugen menjabarkan
empat pilar perencanaan bahasa: (1) pemilihan norma; (2) kodifikasi norma; (3)
penerapan fungsi bahasa; dan (4) penjabaran fungsi bahasa. Pilar 1 dan 3
termasuk dalam perencanaan status, sedangkan 2 dan 4 termasuk perencanaan
korpus. Keberhasilan perencanaan bahasa didasari pada kemampuan meyakinkan
sikap-sikap negatif ke arah pembenaran perencanaan yang diajukan. Grin
menambahkan bahwa perencanaan bahasa erat kaitannya dengan isu sosial,
kebahasaan, politik, dan ekonomi.
Perencanaan Bahasa
dan Teori Kritis
Tollefson menjelaskan
kebijakan bahasa kritis sebagai sebuah pendekatan perencanaan bahasa yang dengannya
sistem ketimpangan dibentuk dan dipertahankan melalui bahasa. Ahli bahasa
bergulat di area ini bertanggungjawab tidak hanya memahami seberapa dominan
sebuah kelompok sosial menggunakan bahasa untuk membentuk dan merawat strata
sosial, tetapi juga menyelidiki cara-cara untuk mengubah strata tersebut.
Contohnya adalah
laporan yang dibuat oleh Kamwangamalu tentang usaha mengganti bahasa penjajah
dengan bahasa lokal yang gagal karena penyalahgunaan kekuasaan. Bahasa lokal
secara teoritis diperlakukan sama dengan bahasa penjajah, tetapi tidak boleh
digunakan dalam situasi penting. Sama halnya dengan Sibayan yang memberi
catatan pada bahasa pilipino yang digunakan sebagai pengantar untuk ilmu
pengetahuan dan capaian prestasi perorangan sehingga mendapatkan kesetaraan
dengan bahasa Inggris.
Perencanaan Bahasa
dan Teori Permainan
Teori permainan
berkenaan dengan tindakan rasional dalam pengaturan sosial yang sangat riskan
dengan konflik kepentingan. Konflik kepentingan setiap kelompok yang akhirnya
bertemu tanpa adanya perubahan tindakan. Pada akhirnya menunjukkan keberhasilan
atau kegagalan perencanaan bahasa di berbagai situasi sosial. Penelitian untuk
membentuk kebijakan pada negara banyak bahasa menunjukkan bahwa masyarakat
dengan bahasa ibunya adalah bahasa nasional masuk dalam formula 3 – 1,
sedangkan bahasa ibunya adalah bahasa lokal masuk dalam formula 3 + 1.
Perencanaan Bahasa
dan Ekonomi Bahasa
Secara tradisional,
Grin mencatat bahwa wacana kebijakan bahasa mengandalkan tiga sudut pikiran:
yang legal, mendasarkan hak berbahasa dalam konteks tertentu; yang budayawan,
mendasarkan bahasa adalah perwujudan budaya sehingga membatasi kebijakan
intimidasi korpus atau mendukung untuk pembentukan literasi atau publikasi; dan
secara pendidikan, berpusat pada pengajaran bahasa. Ekonomi bahasa berpusat
pada teori dan telaah ilmiah dimana bahasa dan ekonomi saling mempengaruhi.
Beberapa isu tentang ekonomi bahasa antara lain:
·
Relevansi bahasa sebgai alat penjabaran proses ekonomu
seperti produksi, distribusi, dan konsumsi;
·
Relevansi bahasa sebagai komoditas dalam pemerolehan alasan
bagus untuk investasi;
·
Pengajaran bahasa sebagai investasi sosial, menguntungkan
(pasar ataupun tidak);
·
Implikasi ekonomi (modal dan keuntungan) dari kebijakan
bahasa (pasar ataupun tidak).
Grin membuat daftar isu
pembelajaran dalam ekonomi bahasa: efek bahasa terhadap pendapatan,
pembelajaran bahasa oleh imigran, perbaikan pola bahasa dan penyebaran di
masyarakat banyak bahasa, pemilihan dan pembentukan kebijakan bahasa, promosi
dan pelestarian bahasa minor, penggunaan bahasa di tempat kerja, dan
keseimbangan pasar untuk layanan dan barang khusus bahasa. Bourdieu mengatakan
bahwa semakin banyak modal kebahasaan maka semakin besar exploitasi yang bisa
mengamankan perbedaan keuntungan. Disnilah diperlukan kehati-hatian dalam
membentuk kebijakan bahasa. Kebijakan bahasa dianggap sukses apabila bisa
mendongkrak ekonomi.
Bahasa sebagai
komoditi ekonomi dijabarkan oleh Fishman pada aktivitas “Basquecization”
di Spanyol. Promosi bahasa Basque berhasil karena memberikan dampak positif ke
ekonomi dengan mengeluarkan sertifikat tingkat kompetensi berbahasa, syarat kualifikasi
promosi, kenaikan gaji, masa kerja dan syarat kesuksesan di dunia kerja. Gibson
Ferguson melakukan studi perbandingan bahasa Welsh dan Breton, kebangkitan
bahasa Welsh dan penolakan bahasa Breton dikarenakan perbedaan faktor
politik-sosial dan ekonomi.
Perencanaan Bahasa
dan Teori Manajemen Bahasa
Telah dijabarkan
sebelumnya bahwa perencanaan bahasa adalah bidang multi dimensi; linguistik dan
sosiolinguistik, ekonomi dan politik terintegrasi dalam bahasa di masyarakat. Manajemen
bahasa dipahami sebagai serangkaian aktivitas yang dibentuk untuk mencapai
tujuan kebijakan bahasa. Pendekatan ini diartikan sebagai proses top-down,
yaitu kebijakan apa yang paling mendunia.
Jernudd and Neustpny
mengartikan manajemen bahasa sebagai bagaimana mengunakan bahasa, tetapi juga
bagaimana berinteraksi dengan bahasa. Sebagai bahan penyelidikan bahasa,
manajemen bahasa dilihat sebagai proses (1) penutur/penulis dan
pendengar/pembaca tanpa sadar tidak hanya memeriksa penggunaan bahasa menentang
norma yang mereka punya tetapi juga mencatat penyimpangan yang terjadi, (2)
mengevaluasi penyimpangan dan membentuk ketidakcakapan, (3) merencanakan
penyesuaian untuk memperbaiki penyimpangan yang dibutuhkan berdasarkan norma,
dan (4) melengkapi proses ketika menerapkan penyesuaian yang direncanakan.
Metode Perencanaan
Bahasa
Observasi Etnografi
Etnografi adalah
studi yang utamanya berhubungan dan secara tradisional dengan proses
antropologi dari menjelaskan dan menganalisaseluruh budaya. Ruang lingkup
etnografi dikatakan holistik/menyeluruh bukan karena ukuran/jumlah unit studi,
komunitas, sebuah institusional, kelas atau rumah, tetapi karena unit analisa
dipertimbangkan secara analitik secara keseluruhan. Hymes menyebutkan bahwa
etnografi adalah pendekatan yang menghubungkan antara bahasa dan budaya.
Etnografi adalah metode untuk pengumpulan data dalam isu yang besar seperti codeswithing,
sikap bahasa, atau bahasa dan identitas. Metode ini meliputi berbagai prosedur
pengumpulan data, diantaranya observasi, wawancara, pemetaan dan pola diagram
direkam dari catatan lapangan, analisis interaksi, studi tentang rekam sejarah
dan dokumen publik, menggunakan data demografis, studi kasus, kasus sejarah,
atau pola komunikasi perekaman video.
Canagarajah mencatat
bahwa penelitian etnografi dapat menyajikan timbal balik dalam berbagai tingkat
perencanaan bahasa – sebelum, selama, dan sesudah penerapan. Sebelum penerapan,
etnografi menyediakan informasi penting pada persoalan sperti sikap kelompok
target terhadap perencanaan bahasa, atau pentingnya identitas dan komunitas.
Selama penerapan, etnografi menjelajahi bagaimana perbedaan fungsi agen dan
institusi dalam mempromosikan kebijakan. Setelah penerapan, etnografi menguji
konsekuensi perencanaan bahasa untuk komunitas target dan berbagai komunitas.
Pentingnya etnografi pada perencanaan bahasa untuk mencari jawaban pada
pertanyaan pilihan bahasa yang juga jantung perencanaan bahasa: siapa
menggunakan apa variasi bahasa, dengan siapa, tentang apa, di keadaan apa,
untuk tujuan apa?
Survey Bahasa
Umumnya, bahasa
menggunakan survey terdiri atas kuisioner yang bertujuan untuk menentukan sikap
penutur terhadap bahasa yang tersedia, maupun bahasa yang peutur gunakan kapan,
dimana, dengan siapa, dan untuk tujuan apa. Survey sosiolinguistik mencari jawaban
seperti berikut: pada bahasa apa seseorang membaca surat kabar, mendengar
berita, memanggil orang tua/ sejawat/ saudara kandung/ anak-anak/ pembantu/
pasangan, dan sebagainya. Whitley menyatakan survey kelas menunjukkan peran
penting guru dalam perencanaan bahasa. Beberapa sarjana skeptis tentang
kemapanan survey bahasa untuk mengukur penggunaan bahasa. Labov mengamati bahwa
survey bahasa umumnya mewakili penyelidik daripada teori pembicaraan pengguna.
Analisa Geolinguistik
Geolinguistik
didefinisikan sebagai cabang dari geografi manusia yang berkenaan dengan
konteks ruang-sosial dari penggunaan bahasa dan pemilihan bahasa, khususnya
ketika bersinggungan dengan kelompok mayoritas, untuk menghindari pengurangan
dan penghilangan bahasa dari identitas dan budaya kelompok minoritas.
Pertanyaan kunci yang
ahli geolinguistik cari jawabannya yang berpusat pada perencanaan bahasa,
yaitu, siapa berbicara bahasa apa, dimana, kapan dan mengapa. Dengan
menyelidiki pertanyaan ini, ahli geolinguistik bertujuan untuk membuka domain
dimana minoritas bahasa digunakan dan tidak digunakan, dan menginformasikan
kebijakan bahasa menuju pengesahan hak bahasa minoritas dan pengembangan domain
untuk penggunaan eksklusif bahasa minoritas.
Dalam usaha untuk
membahasa paham multikultural dan pertanyaan yang menyoroti di paragraf
sebelumnya, ahli geolinguistik melihat pola pergerakan dan koneksi manusia
maupun proses historis yang telah berkontribusi pada pola ini dan perubahan hal
yang bersamaan di komposisi etik dan penggunaan bahasa. Perencanaan bahasa harus dibentuk untuk
membuat bahasa minoritas bersumbangsih pada
etnis minoritas sebanyak bahasa mayoritas lakukan kepada populasi pemerintah,
seperti pada partisipasi politik dan akses ke ketenagakerjaan dan sumber
ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar